Civil War, satu lagi film menarik tentang Jurnalis
“Every time I survived a war zone, I thought I was sending a warning home : Don’t do this,”
Kalimat yang disampaikan oleh Lee (diperankan oleh Kirsten Dunst) ini menurutku adalah inti dari film ini; Civil War.
Kekerasan tidak lagi terjadi di negara lain di belahan dunia lain. Kekerasan terjadi di rumah, di antara tetangga. Ngeri kan ?
Terus ada lagi kalimat yang masuk juga :
" What kind of American are you? "
"orang Amerika macam apa kamu?"
Pertanyaan menusuk yang dilontarkan oleh seorang warga di jalan ini adalah kutipan dari film, tetapi menurutku sangat relate dan tidak terlalu mengada-ada jika pertanyaan ini ditanyakan dalam kehidupan nyata. Bukan rahasia lagi bahwa Amerika saat ini adalah negara yang terpecah belah dan terpolarisasi, dan ketegangan tampaknya tidak akan mereda dalam waktu dekat.
Civil War adalah film tentang perang distopia yang dirilis pada tahun 2024. Film ini ditulis dan disutradarai oleh Alex Garland. Jalan cerita film ini mengikuti tim jurnalis yang melakukan perjalanan melintasi Amerika Serikat selama perang saudara antara pemerintah federal yang otoriter dan beberapa faksi regional. Beberapa scene dari film berdurasi 1 jam 49 menit ini juga cukup mengerikan jika dijabarkan. Salah satunya lewat suspense nonstop sepanjang durasi film, yang mana ini menjadi salah satu ciri khas dari Garland, yang memang ahli dalam mengusung elemen suspense serta thriller yang tinggi. Sutradara Alex Garland selalu menjadi pembuat film yang provokatif, dan dalam Civil War ia mengeksplorasi mimpi buruk distopia yang membayangkan skenario terburuk bagi negara tersebut. Suram dan sulit ditonton, Civil War adalah kisah peringatan yang tak henti-hentinya.
Btw apa itu distopia ?
Distopia (dari kata Yunani δυσ- dan τόπος, alternatifnya cacotopia,[1] kakotopia, atau anti-utopia) merupakan suatu komunitas atau masyarakat yang tidak didambakan atau terkesan menakutkan.[2][3] Istilah ini diterjemahkan sebagai "tempat yang tidak baik". Distopia sering kali dicirikan dengan dehumanisasi,[2] pemerintahan totaliter, bencana lingkungan,[3] atau karakteristik lainnya sehubungan dengan kemerosotan nilai secara dahsyat dalam masyarakat. Masyarakat distopis ditampilkan dalam banyak subgenre karya fiksi dan sering kali digunakan untuk menarik perhatian terhadap isu-isu dunia nyata mengenai masyarakat, lingkungan, politik, ekonomi, agama, psikologi, etika, ilmu, dan/atau teknologi, yang jika tidak ditangani dapat berpotensi menyebabkan suatu kondisi seperti distopia.
Itulah yang bakal kamu temukan pada cerita film Civil War. Walau ceritanya diambil dari sudut pandang jurnalis perang, konflik yang ditampilkan film ini tetap terasa sangat intens dan membuat penonton bisa melihat kekacauan perang dari sudut pandang yang berbeda. Scoring filmnya benar-benar juara, sampai mampu membuat penonton seperti berada langsung di medan perang.
Civil War bukanlah film yang memerlukan deduksi cerdas untuk menguraikan pesan atau tema yang dimaksudkan. Alih-alih sindiran halus untuk memancing pikiran, film ini mencengkeram bahu penonton dan mengguncang mereka dengan hebat, membombardir mereka dengan visual yang mengejutkan dan momen-momen yang mengganggu. Ceritanya fiksi, tetapi jelas dimaksudkan untuk dikaitkan dengan kenyataan. Selama momen pembukaan film, ada beberapa klip pendek tentang apa yang saya yakini sebagai kerusuhan dan kekerasan di dunia nyata. Dengan menyertakan visual tersebut, film ini seolah menunjukkan bahwa Amerika sedang berada di bibir jurang yang siap untuk jatuh entah kapan waktunya.
Civil War hadir sebagai pembuktian bahwa film distopia ternyata juga bisa mengangkat konflik yang realistis dan dekat dengan kehidupan nyata. Kondisi dunia dan teknologi yang diperlihatkan pun masih benar-benar sesuai dengan keadaan dunia saat ini. Bahkan karena dari sudut pandang jurnalis perang, kita bisa melihat efek kekacauan akibat perang yang begitu depresif. Bagaimana enggak? Jurnalis perang harus tetap menjalankan tugas mereka walau ada kekacauan dan kematian di depan mata mereka. Layaknya tentara, jurnalis perang bahkan harus mempunyai naluri dan strategi sendiri ketika terjun di medan perang.
Civil War memperlihatkan bagaimana jadinya jika Amerika Serikat mengalami Perang Saudara kedua akibat pemerintah yang otoriter. Alhasil, Amerika Serikat terbagi dalam empat faksi dan presiden menjadi musuh besar untuk sebagian masyarakat Amerika Serikat. Menariknya walau mengangkat konflik tentang Perang Saudara, kisah Civil War diceritakan lewat perspektif sekumpulan jurnalis perang yang nekat mempertaruhkan nyawa mereka untuk bisa mengabadikan momen peperangan tersebut.
Poin menarik lainnya adalah film ini juga dikemas dengan konsep road trip yang dilakukan para jurnalis dalam mengejar berita yang mereka inginkan. Enggak hanya satu medan perang, penonton bahkan diajak untuk menyaksikan kekacauan beberapa medan perang sekaligus, ditambah dengan konflik internal yang terjadi di antara kelompok jurnalis perang yang kisahnya kita ikuti. Bahkan, ada satu momen yang mana para jurnalis terjebak dalam situasi bahaya yang benar-benar memacu adrenalin saat menontonnya.
Seperti yang dijelaskan pada poin sebelumnya, Civil War menampilkan sekumpulan jurnalis perang yang pergi ke Washington DC untuk mewawancarai presiden. Nah, sekumpulan jurnalis tersebut terdiri dari empat orang, di antaranya Lee Smith yang diperankan Kirsten Dunst, Joel yang diperankan Wagner Moura, Jessie Cullen yang diperankan oleh Cailee Spaeny, dan Sammy yang diperankan oleh Stephen McKinley Henderson. Keempat aktor yang memerankan karakter tersebut berhasil menciptakan chemistry yang sangat baik, sehingga penampilan mereka benar-benar saling melengkapi. Apalagi, masing-masing karakter hadir dengan karakteristik yang berbeda-beda.
Enggak hanya para pemeran utamanya, aktor-aktor pendukung lainnya juga tampil enggak kalah memukau walau kebanyakan dari mereka tampil cukup singkat di filmnya. Seperti yang dijelaskan sebelumnya, para jurnalis mengunjungi beberapa medan perang selama perjalanan mereka ke Washington DC. Selama mampir, mereka dipertemukan dengan beberapa karakter yang diperankan dengan sangat baik oleh aktornya.
Civil War bahkan menampilkan satu adegan yang mana para jurnalis perang berada di suatu basecamp tentara. Pada momen tersebut, film ini hanya menampilkan suara kegaduhan yang memberikan efek imersif kepada penonton seakan berada langsung di lokasi tersebut. Nuansa perangnya pun semakin terasa realistis dengan desain produksi yang benar-benar berhasil menampilkan kekacauan perang.
Berdasarkan situs IMDb, Civil War juga mendapat rating cukup baik, yakni 7,1/10 dari 156K pengulas. Sementara pada laman Rotten Tomatoes, film ini mendapat rating 81 persen dari Tomatometer dan 70 persen dari penonton.
Penasaran ?
Gass .......
Pesta Ondol di Festival Kuduran Budaya Wanayasa
Pernah dengar Festival Kuduran Budaya Wanayasa ?
Masing asing ?
Banyak temennya kisanak …..
Festival Kuduran Budaya merupakan pesta rakyat buah dari
kreatifitas seniman muda Wanayasa dan sekitarnya, yang mana Wanayasa sendiri
merupakan salah satu daerah di bagian utara kabupaten Banjarnegara yang berupa
pegunungan dan memiliki komoditas utama dari bidang pertanian.
Masih asing ?
Kalau kalian tahu Dieng kan ?
Nah Wanayasa ini merupakan wilayah pendukung Dieng, berada
di jalur Pekalongan – Dieng via Kalibening. Kalau dihitung dengan waktu tempuh
sekitar 20 menit dari Dieng menuju ke arah Pekalongan.
Masih belum tahu ?
monggo pake aplikasi Google maps aja ….. hehehe …..
Lanjut ya,
Jadi gini ….. saking eratnya hubungan masyarakat di daerah
ini dengan salah satu komoditas pertanian yaitu singkong, mereka sampai menjadikannya
perlambang kemakmuran dan kerukunan. Hal ini dibuktikan dengan digelarnya pesta
rakyat dengan bahan baku utama singkong pada setiap panen rayanya.
Menurut mas mas panitia yang mau dimintai keterangan,
Kuduran Budaya punya sejarah dan kandungan semangat yaitu suatu momentum dimana
dulu Lurah mengajak semua wargannya untuk bersama-sama gotong royong dan
bahu-membahu membangun desa, menghidupkan desa, atau menjadikan desa sebagai
sumber yang memenuhi kehidupan jiwa dan kultural warganya.
Oke skip …….
Kita Kembali ke Festival Ondol ……
Pada Festival Kuduran Budaya tahun 2023 ini, acara diawali
dengan kegiatan memanen-cabut (mbedul) umbi singkong (tela) yang
diselenggarakan di Desa Wanayasa, tepatnya di Lapangan Desa Wanayasa setelah di
tahun-tahun sebelumnya sempat dilakukan di Desa Dawuhan dan Desa Tempuran.
Alasannya Ondol sebagai jajanan desa ingin dimaknai dan dilekati dengan
nilai-nilai positif oleh kelompok yang menggagas dan mengadakan festival seni
budaya lokal ini Seniman Muda Wanayasa (Sendawa) sebagai ajang
kerukunan Masyarakat antar desa di wilayah Wanayasa.
Acara utama Kuduran Budaya adalah Bentang Ondol
1.000 meter. Ondol adalah jajanan bulat sebesar bakso terbuat dari
singkong dan rasanya asin gurih. Biasa disajikan atau dijual dengan ditusuk
seperti sate, dan untuk satu sindik bambu terdiri atas 17 ondol. Menurut
Panitia, angka 17 tersebut bermakna 17 desa di Kecamatan Wanayasa dan 17 rakaat
sholat dalam sehari
Selain bentang Ondol 1.000 meter, Kuduran Budaya tahun ini
juga diramaikan dengan berbagai kegiatan yakni Wedding Vaganza, Peragaan Busana
Pengantin, penampilan Musik, Lomba Mewarnai, Sedekah Nada, dan Seribu Plendungan
yang dilaksanakan pada hari Sabtu, (23/09/2023) dan kegiatan mBedul Tela,
Goreng Ondol, Arak Ondol, Bentang Ondol Sewu Meter, dan Tumpengan yang
berlangsung di hari Minggu (24/09/2023)
Yang menarik dari festival ini adalah kekompakan masyarakat Wanayasa dan sekitarnya yang luar biasa. bayangkan saja, ribuan orang terlibat langsung dalam acara ini. Tua muda, laki laki perempuan, semua bekerjasama demi kesuksesan acara.
Di salah satu gang desa, puluhan ibu ibu berjejer membentuk kelompok masing masing dengan tugas yang berbeda. Ada yang mengolah ketela, ada yang membentuknya menjadi bulat, ada yang menggoreng, ada yang menusuknya menjadi sate ondol, ada juga yang kemudian menyusunnya menjadi gunungan ondol.
Di jalan raya bapak bapak dan pemuda menyiapkan karnaval mengarak gunungan ondol keliling desa yang kemudian akan berakhir di Lapangan desa Wanayasa. Disana, ribuan masyarakat sudah berkumpul untuk acara puncak festival ini.
Acara puncaknya apa ?
Tonton aja langsung deh di festival kuduran wanayasa tahun depan ....
Karena acara ini terlalu sayang untuk dilewatkan dan terlalu indah unutk diceritakan tanpa terlibat sendiri didalamnya ........ hehehe .......
Mbok Brendung, boneka cantik penuh magis pemanggil hujan
Foto by Toha Trend - KPFB |
Foto by Toha Trend - KPFB |
Dieng Membeku Lagi ! Nih tips kalau mau menikmati bun upas disana
Dieng membeku lagi !!
Yes, beberapa hari terakhir aplikasi stasiun cuaca dieng menunjukkan grafik penurunan suhu yang terus menerus. Sehingga puncaknya fenomena embun es ini terjadi Kamis (30/6/2022) kemarin, dengan berpusat di dalam kompleks Candi Arjuna, Dharmasala dan lapangan di sekitar candi.
Embun es atau warga Dieng menyebut bun upas yang bisa membuat daun layu hingga tanaman mati kali ini lebih tebal dibandingkan yang sebelumnya karena suhu mencapai minus 1,25 derajat Celcius ! dan merupakan suhu paling rendah di tahun 2022 lho.
Dingin ? Jelasss
Menurut seorang kawan yang menjadi pecinta sejati Dataran Tinggi Dieng (hingga dijuluki sebagai Demang Dieng), Aryadi Darwanto, sebenarnya tanda-tanda kemunculan embun es di Dieng bisa diamati sebelumnya lho :
- Cuaca pagi sampai sore hari pada hari sebelumnya cerah. Dan cenderung "hangat" untuk ukuran cuaca di Dieng.
- Pada malam harinya tidak ada angin, langit cerah. Jika ada angin suhu akan naik dan embun es tidak akan terbentuk.
- Embun es bisa terbentuk kapan saja (malam hari) asal suhu udara sudah turun, sekitar 4'C
- Liat aplikasi Cuaca Dieng , jika pada sekitar jam 23.00 WIB sudah menunjukkan suhu udara 4'C dan terus turun, berarti proses pembentukan embun es sudah dimulai.
- Embun es dapat di lihat sampai pukul 07.30 di sekitar Candi Arjuna, Candi Setyaki Dharmasala dan lapangan di sekitar candi.
Photo by. Aryadi Darwanto |
saat fenomena embun upas terjadi, suhu udara cenderung lebih dingin, oleh karena itu sangat disarankan kalian memakai baju tebal, seperti jaket. Jaket tidak harus memakai jaket gunung, tapi yang penting jangan jaket wool atau jeans. Demi mengurangi rasa dingin saat melihat embun upas, kalian juga bisa memakai sarung tangan, kaus kaki, dan topi kupluk (yang menutup sampai telinga) agar hangat.
Memakan hidangan yang hangat (terutama karbohidrat) saat suhu udara berada di posisi minus bisa membuat tubuh terasa lebih baik. Cocok juga untuk mengganti sumber panas yang hilang karena udara dingin, sukur membawa sendiri bekal yang hangat. Jikapun tak sempat membawa makanan hangat, bisa juga membelinya di warung yang ada di dekat tempat melihat embun upas. Tapi hati hati lho, makanan dan minuman disana akan terasa jauh lebih dingin daripada suhu aslinya, sehingga kalau terburu buru dan tanpa strategi mulut dan lidah akan terbakar dan baru terasa ketika kita sudah turun gunung nantinya.
Karena proses pembekuan sering terjadi mulai dini hari, maka ada baiknya kalau datang ke Dieng (selain yang menginap lho ...) sekitar jam 3 - 5 pagi. Alasannya adalah agar sempat "ketemu" bun upas itu. Sebab biasanya "salju" tidak akan bertahan lama. Ketika matahari sudah mulai terbit dan bersinar terang pada pukul 05.30 WIB, butiran es yang muncul akan segera mencair dan hilang.
Pada bulan Juli - September yang masih masuk dalam musim kemarau, sebab pada musim kemarau semua hal yang dibutuhkan untuk terbentuknya bun upas terjadi. So, agendakan ke Dieng untuk tahun depan ya
Udara dingin dan cuaca ekstrem di alam bebas seperti yang terjadi di Dieng memang terasa membuat tubuh sulit bergerak – atau setidaknya membuat tubuh malas untuk bergerak banyak. Padahal hal ini adalah salah satu jalan menuju ke hipotermia. Oleh karena itu, untuk menghindari penyakit serta gejala mematikan itu – pastikan kalian tetap bergerak atau bahkan memperbanyak gerak tubuh dan mencoba membiasakan diri dengan udara yang sedingin itu.
Semakin berkembangnya teknologi juga sangat membantu kita untuk memantau perkembangan suhu dan kondisi cuaca di Dieng. Salah satunya dengan menggunakan Aplikasi Cuaca Dieng yang bisa diunduh di Apps Store
Sejenak bersama MasDi
Hari yang cerah dan matahari memberikan rasa hangat pada kedua mata Thomas yang masih terpejam. Dengan malas, tubuh bulat itu menggelinjang beringsut merubah arah tidurnya menghindari arah datangnya cahaya. Sedetik kemudian mata itu terbelalak kaget begitu sadar bahwa jam dinding sudah menunjukkan waktu yang lumayan mengagetkan, jam sepuluh kurang lima menit.
Pemuda bertubuh (sedikit) bulat banget ini melompat ke samping tempat tidur dan buru buru berlari ke kamar mandi untuk gosok gigi dan cuci muka. Tidak mandi.
" Duh kesiangan lagi .... " gerutunya sambil mengguyur muka dengan air kran yang mengalir lambat, khas perkotaan.
Secepat kilat kolor dan T-shirt buluknya sudah berganti celana jeans hitam dan kemeja yang berwarna sama. Setengah berlari, dia mengambil tas selempang berwarna khaki andalan yang sebenernya cuma berisi dompet nyaris tanpa isi, botol parfum yang isinya cairan pewangi loundry sachetan, sama buku agenda kerja bersampul batik merah berenda. eh .....
_______________
Bret ....bret .... bret .......
Lady Punky mendadak mbrebet parah. Vespa berwarna pink itu hanya mampu berjalan sepuluh meter dari kos, untuk kemudian berhenti total. Keringat dinginpun semakin membanjiri tubuh Thomas. Terbayang wajah pak bos yang berlipat lipat dengan tatapan tajam dan mulut yang penuh busa.... ditambah lagi ancaman potongan gaji akibat keterlambatan itu.
Bengkel yang berada di garasi rumah kontrakan itu memang tidak begitu besar, tidak tepat di pinggir jalan raya (sekitar 200 meter dari pertigaan jalan besar kabupaten), juga buka Senin Kamis alias semaunya yang punya. Padahal kalau pas buka, ramainya minta ampun. Selalu antri dan punya jam operasional yang beda dengan bengkel lain. Selalu tutup ketika ada adzan berkumandang hingga setengah jam berikutnya. Apapun yang terjadi, ada atau tidak ada "pasien" yang sedang operasi.....
Pemilik bengkel itu dikenal dengan panggilan MasDi, seorang bapak bapak menjelang setengah tua, umur kepala empat, bertubuh tinggi kurus dengan kulit kecoklatan dan rambut cepak. Selalu tersenyum dan terkenal nyentrik tapi suka berbagi ilmu dengan konsumennya terkait masalah motor.
" Assalamu'alaikum .... "
" Wa'alaikumsalam .... leh..... kenapa lagi mas ndut ? " jawab MasDi sambil tersenyum ramah.
" mbuuh mas..... biasa, aleman .... " jawab Thomas sambil memarkir vespa nya di ruang periksa bengkel yang kebetulan baru saja buka itu.
" oalah.... wes sini langsung tak atasi. Mumpung masih sepi " sahut MasDi sigap.
Thomaspun segera menuju kursi panjang di depan bengkel untuk meluruskan kakinya sambil menghela nafas.
" beberapa hari ini bengkel tutup ya mas ? " tanyanya membuka pembicaraan
" nggak juga mas, saya yang bener bener tutup pas hari Jum'at Sabtu kemarin saja. Sebelumnya tetep buka tapi nggak mesti jamnya. Lha gimana si ? " jawab MasDi singkat
" Nggak apa apa mas, cuma penasaran aja kok buka bengkelnya semaunya gitu mas ? nggak takut ditinggal pasien ? "
" Nganu mas, kalau urusan pasien si nggak tak pikir. Karena kalau ada pasien itu sama juga dengan ada rejeki. Bagi saya yang namanya rejeki itu sumbernya di langit lho, bukan di bumi. Jadi ya sudah ada yang ngatur, nggak perlu ngoyo. Tinggal pasrah dan berdoa saja .... "
" Bukan ngoyo sih mas, tapi lebih ke rasional saja menurutku "
" hehehe .... malah justru rasional banget mas. "
" maksudnya ?"
" Coba mas pikirkan, dengan buka bengkel sesuai kondisi badan kita, otomatis kesehatan kita terjaga. Kan kita yang tahu sendiri seberapa sehat badan kita, seberapa fit tenaga kita untuk dibawa bekerja, dan dengan berserah pada Sang Pembagi Rejeki pikiran kita jadi nggak terbebani untuk target pendapatan tertentu. Bayangkan kalau kita sampai sakit. Biaya untuk berobatnya berapa ? itu kalo yang sakit cuma badan, lha kalo yang sakit sampai pikiran kita ? jadi gila ? apa nggak bundas ? kita wong cilik je .... "
" Saya sudah bertahun tahun buka bengkel seperti ini justru malah banyak dapat teman bengkel lain, kalo pas belum atau nggak buka, bengkel bengkel di sepanjang jalan ini otomatis jadi dapat pelanggan, mereka dapat rejeki juga. Dapat senyum dan tambah teman sesama orang bengkel itu juga rejeki lho "
" Nggak pengen kaya orang lain yang bengkelnya lama lama jadi besar dan kaya raya mas ?"
" Lah kalo pengen kaya ya jelas pengen mas, tapi prosesnya yang sederhana sajalah. Biasanya kebanyakan orang semakin kaya hutangnya juga semakin banyak kan ? apa hidupnya bisa bahagia kalo hutangnya banyak ? saya pikir nggak lho "
" Saya nggak pingin kehidupan saya terganggu gara gara hutang kok mas. Gini gini saya masih bisa pulang ke kampung nengok emak, mancing di kali gede, makan sate sama anak anak, dan nabung untuk haji. Ya sedikit demi sedikit tapi insyaalloh targetnya jelas lah ..... hehe ...... "
" ya sering pulang kampung karena disana masih bisa menyapa tetangga, mereka senyumnya juga loss, mancing di sungai sambil menghirup udara yang segarnya masyaalloh, duduk di pinggir sawah yang anginnya asli bukan dari blower, masih banyak suara indahnya kodok, jangkrik yang jauh lebih indah dari suara dentuman sound horeg
" masnya masih muda, mau kerja keras atau kerja cerdas, itu pilihan masnya. tapi mau apa coba kalo sekarang kerja keras pake ngoyo trus besok pas tua uangnya cuma buat ngobatin penyakit akibat over kerja dimasa muda ? nggak enak lho mas. Banyak contohnya di sekitar kita kok "
" Time is money "
" iya mas, waktu adalah uang. tapi bagi saya orang yang mengartikan bahwa itu maksudnya menggunakan waktu sebenar benarnya untuk mencari uang adalah keliru. bagi saya ungkapan itu maksudnya adalah lebih bisa menghargai waktu dengan sebaik baiknya, karena waktu tidak akan bisa kembali dan tidak akan pernah ternilai dengan uang. Waktu lebih berharga daripada uang mase .... "
" Saya ngobrol sama sampean gini adalah salah satu cara saya menghargai waktu mas, sambil servis motor, sambil kita silaturahmi berbagi pengalaman hidup. Dan saya yakin sampean akan teringat saya bukan hanya sekedar tukang servis motor saja, tapi juga sebagai seorang teman. "
" Itu juga rejeki lho mas ....... " lanjutnya.
Dan Thomas pun terdiam tidak bisa berkomentar lagi. Di pikirannya semua yang disampaikan MasDi sangat benar dan tidak terbantahkan. Sementara dirinya yang bekerja kantoran justru selalu mengedepankan pekerjaannya yang masih duniawi, tanpa sedikitpun toleransi.
" mas ..... haloo .... malah ngalamun ki lho .... "
" eh iya mas..... maaf. jadi kepikiran ini ..... "
" kepikiran gimana ? maaf ya kalau saya ada perkataan yang salah "
" nggak mas .... malah justru saya yang terimakasih kok. sudah diingatkan ..... "
" lha terus kenapa kepikiran ? "
" nganu mas ....... saya lapar ....... "