- Back to Home »
- sekitar kita »
- Catatan 100 hari Jokowi - Ahok
Posted by : ngatmow
1.25.2013
Nemu artikel yang sangat menarik setelah browsing sana-sini soal 100 hari Jokowi - Ahok sebagai Gubernur dan wakil gubernur DKI Jakarta.
Artikel ada di blog http://pancasyah.wordpress.com/ ini sebenernya bukan artikel dari pemilik blog langsung tetapi merupakan tulisan dari para wartawan yang sedang bertugas meliput dua pimpinan ibu kota ini.
Berikut ini adalah rangkaian tweet dari reporter stasiun TV berita yang bertugas meliput Jokowi selama masa jabatan beliau sebagai Gubernur DKI Jakarta pada 100 hari pertama sejak 15 Oktober 2012. Ia adalah Janes C. Simangunsong di @janes_cs. Selamat membaca…
Kelar shooting, Jokowi Damprat TV One: http://bit.ly/StQWlr.
Jokowi itu sudah wanti-wanti nggak mau diwawancara terkait 100 hari, itu TV bilangnya terkait banjir, ya Jokowi bersedia, tapi ternyata dijebak. Jokowi tahunya itu live tentang banjir, ternyata pertanyaan menjurus ke 100 Hari, gimana nggak kesal dia. Wawancara kami tentang 100 Hari Jokowi saja dibatalkan karena dia lagi fokus banjir. Kita hargai. Tapi tiba-tiba ada yang “menyelak” dengan cara licik, ya kesal.
“Selama 23 tahun saya nggak pernah diginiin. Kalau sudah A, ya A. Jangan tiba-tiba pindah dari A ke B.” Ucap Jokowi usai live dengan TV “itu” semalam.
Apa yang Jokowi lakukan selama 100 hari ini? Gue review sedikit berdasarkan liputan gue selama ikut DKI 1. #100harijokowi
- Hal pertama yang Jokowi lakukan saat masa jabatan gubernurnya adalah meninjau lapangan untuk menentukan kebijakan. Fokus utamanya adalah pembenahan kampung-kampung. Seperti pembuatan rusun, rumah deret, dll. Sekarang masih dalam tahap lobby warga.
- Empat minggu jabatannya, ia meluncurkan Kartu Jakarta Sehat dan Kartu Jakarta Pintar untuk warga kurang mampu.
- Selanjutnya dia fokus pada Ruang Terbuka Hijau. Ia perintahkan Dinas Pertamanan untuk membuat 30% wilayah Jakarta adalah RTH.
- Lalu upaya untuk normalisasi kali (sungai). Sejumlah pengerukan kali sudah diperintahkan ke Dinas Pekerjaan Umum.
- Pengkajian ulang pembangunan MRT/Monorail/Subway. Belum deal, karena masih menunggu ketok palu DPRD untuk APBD DKI Jakarta 2013. Penambahan armada TransJakarta, tahun ini target tambah 1000, bulan ini sudah tambah 200 dengan integrasi dan revitalisasi Kopaja. Hari ini (22/01) peresmian e-ticketing untuk TransJakarta dan penambahan koridor busway secara bertahap.
- Tanggap darurat banjir. Pertama adalah perbaikan tanggul Latuharhary, Jakarta Pusat yang jadi penyebab banjir wilayah protokol Jakarta. Perbaikan tanggul sementara menurut keterangan Dinas PU seharusnya selesai dalam waktu sebulan. Jokowi “mandorin”, 4 hari selesai.
Masa tanggap darurat dimanfaatkan Jokowi untuk bisa pakai APBN sebesar 2 triliun rupiah untuk keperluan (penanggulangan) banjir, karena APBD Jakarta belum cair.
Tanggap darurat Jokowi fokus pada evakuasi dan pembagian logistik di wilayah terisolir, dan pembenahan Kanal Banjir Barat.
FYI, tanggul Latuharhary, Jakarta Pusat seharusnya menjadi tanggung jawab pusat, tapi Jokowi yang inisiatif pertama langsung perbaikan.
Tanggul Latuharhary jebol membuat Sudirman – Thamrin – Istana tergenang. Orang pertama yang datang ke sumber banjir = Jokowi.
Masa tanggap darurat dimanfaatkan Jokowi untuk bisa pakai APBN sebesar 2 triliun rupiah untuk keperluan (penanggulangan) banjir, karena APBD Jakarta belum cair.
Tanggap darurat Jokowi fokus pada evakuasi dan pembagian logistik di wilayah terisolir, dan pembenahan Kanal Banjir Barat.
FYI, tanggul Latuharhary, Jakarta Pusat seharusnya menjadi tanggung jawab pusat, tapi Jokowi yang inisiatif pertama langsung perbaikan.
Tanggul Latuharhary jebol membuat Sudirman – Thamrin – Istana tergenang. Orang pertama yang datang ke sumber banjir = Jokowi.
Jadi kalau kalian pikir #100harijokowi cuma “blusukan” doang, wrong. Selesai “blusukan”, ada konsep yang tertulis untuk sebuah kebijakan tata kota. Sudah lebih dari lima kali ia mengumpulkan seluruh lurah/camat/walikota untuk koordinasi wilayah dan pengarahan.
Sebenarnya banyak hal lain, tapi sejauh ini tindakan-tindakan besar di #100harijokowi ya itu. Sekian dan terima kecupan.
Oh iya, gue punya kisah mengesankan dengan Pak Gubernur Jokowi. Hari Jumat kemarin gue follow Jokowi dari subuh hingga malam mandorin perbaikan tanggul. Jam 8 malam Jokowi negur gue, “kok kamu belum pulang?”
Lalu gue jawab, “belum boleh sama kantor, Pak,” sambil melas.
Lalu Jokowi bilang, “sini saya yang ngomong sama kantormu. Mukamu udah pucat gitu.”
Alhasil gue teleponlah korlip gue di kantor, “bang, ada yang mau ngomong,” lalu gue serahkan HP gue ke Jokowi, dan Jokowi ngomong ke kantor gue.
“Saya Gubernur DKI Jakarta, Joko Widodo, memerintahkan Janes untuk pulang!”
Korlip gw, “hah? Siapa nih?” Kirain becanda.
“Saya JOKOWI!”
Korlip gue kaget, “siap, Pak Gubernur!”
“Ini si Janes ganti, dong, dia udah dari subuh, kayak kurang orang aja. Perintah gubernur ini!”
“Siap, Pak!” — Alhasil gue boleh pulang setelah long shift. Pengen peluk Pak Jokowi. :’)
Lalu gue jawab, “belum boleh sama kantor, Pak,” sambil melas.
Lalu Jokowi bilang, “sini saya yang ngomong sama kantormu. Mukamu udah pucat gitu.”
Alhasil gue teleponlah korlip gue di kantor, “bang, ada yang mau ngomong,” lalu gue serahkan HP gue ke Jokowi, dan Jokowi ngomong ke kantor gue.
“Saya Gubernur DKI Jakarta, Joko Widodo, memerintahkan Janes untuk pulang!”
Korlip gw, “hah? Siapa nih?” Kirain becanda.
“Saya JOKOWI!”
Korlip gue kaget, “siap, Pak Gubernur!”
“Ini si Janes ganti, dong, dia udah dari subuh, kayak kurang orang aja. Perintah gubernur ini!”
“Siap, Pak!” — Alhasil gue boleh pulang setelah long shift. Pengen peluk Pak Jokowi. :’)
Selama liput DKI 1, gue sadar, cuma orang yang benar-benar punya hati yang sanggup memimpin Jakarta. Jakarta needs love.
Apa Jokowi tidak tegas? Semua kepala dinas di DKI takut sama dia. Karena Jokowi bukan kelas “Asal Bapak Senang”. Dia lihat sendiri hasilnya. Apa Jokowi tidak pernah marah? Pernah. Dan itu menakutkan. Khususnya buat dinas di DKI yg ketahuan kerjanya nggak benar.
Gue nggak menyalahkan orang yang bilang Jokowi pencitraan, karena kebanyakan media cuma ngangkat sisi fenomenal dan bukan hasil kerja. Demi rating dan selera pasar, “blusukan” jadi prioritas pemberitaan. Padahal di balik meja kerja dia tulis semua mega proyek untuk Jakarta.
Jokowi suka gandeng pemerintah luar untuk belajar dan kerja sama. Kebanyakan PM/Presiden atau dubes luar, datang ke Jakarta untuk bertemu Jokowi. And what’s wrong dengan pencitraan? Memang citra yang “dekat dengan rakyat” yang Jokowi ciptakan. Untuk apa? Untuk mempermudah penerapan kebijakan.
Sejauh ini, pemimpin yang gue kenal ramah dan mau berbagi ilmu cuma Jokowi dan Jusuf Kalla.
Berikut cerita bagaimana wartawan follow Jokowi saat dinas “blusukan”. Awal menjabat, Jokowi dan pengawalnya menggunakan mobil dinas Innova plat hitam dan nopol biasa. Alhasil kalau di jalan orang nggak tahu itu gubernur. Kita (wartawan) harus ngikutin dia sejak dia keluar dari rumah dinas pagi-pagi. Karena banyak agenda nggak resmi seperti “blusukan”. Jadi kadang di jalan orang-orang pada bingung, kok dua mobil Innova ini diikutin banyak mobil media, padahal itu isinya gubernur. Jadi di jalan tuh kita kayak balapan tikus, tempel terus mobil Jokowi.
Sekarang mending, pengawal pakai X-trail plus lampu “biru merah” itu. Walau Jokowi kadang tetap pakai Innova. Padahal mobil dinas Land Cruiser. Selesai “blusukan” kita selalu cari muka ke Jokowi, “Pak, lapar, Pak…” berangkatlah kita dikasih makan. :D
Oh iya, kadang kalau acara resmi dan bertemu orang penting, Jokowi pakai mobil Land Cruisernya, kok. Keren, deh. Kayak pejabat. #Lah #emangiye
Wartawan tau dari mana agenda Jokowi? Dari…. Kasih tau nggak, yaaaaaa. #inigakpenting
Tweet-tweet gue malam ini kupersembahkan untuk #100harijokowi dan untuk merayakan 100 hari gue embedded DKI 1. :’)
Terima kasih untuk sharingnya, Kak Janes.
*Tweet dirangkum dari timeline @janes_cs mulai pukul 1:12 PM – 22 Jan 13 sampai 10:44 PM – 22 Jan 13.*
Nggak lama setelah @janes_cs sharing tentang 100 Hari Jokowi, temannya yang juga reporter stasiun TV berita yang saat ini bertugas meliput Ahok selama menjabat sebagai Wakil Gubernur DKI juga ikut berbagi cerita pengalamannya menjadi ‘follower’ Ahok. Berikut kisah dari @indahbeauty di timeline Twitternya yang diproteksi itu, dimulai dari percakapannya dengan Janes…
Baik Jokowi maupun Ahok, memang peduli ya, Janes, sama kuli tinta kayak kita. Kalau di Ahok, selalu ingatkan stafnya untuk kasih lunch buat wartawan. Bukannya kita kuli tinta yang nempel Ahok, ngeliput cuma buat dapat lunch. Tapi kepeduliannya itu, yang jarang kita temui di pejabat-pejabat lain. Poinnya, mereka anggap kita bukan sekadar pencari berita, tapi penghargaan mereka akan kerja keras kita dihargai. Boss tempat kita kerja aja, nggak segitu-gitunya merhatiin kita ya, Janes. *Peluk Jokowi-Ahok.*
Ahok juga suka marah-marah sama kepala dinas yang nggak becus. Tapi dia nggak ragu muji, sama kepala dinas yang sudah diomelin, terus balik kerja bagus.
Gue salut sama Jokowi-Ahok, yang bisa atasi banjir, padahal APBD belum ketok palu. Meski belum sempurna, ya tapi memang tidak ada sesuatu yang sempurna. Yang penting bagi Jokowi-Ahok, kerja buat masyarakat, yang untung harus masyarakat, bukan pemerintahnya yang untung. Itu kata Ahok, loh.
Kemarin seharian ngobrol sama Ahok. Salut, bagaimana dia kerahkan segala upaya untuk bantu evakuasi pengungsi. Ingat, dana APBD belum turun, loh! Ahok memang nggak bawa media saat mengungsikan 2000 warga dari waduk Pluit pakai kapal Dishub dan pinjam kapal pengusaha lewat laut. Yang utama saat itu bagi Ahok adalah bagaimana menyelamatkan nyawa warganya, bukan pemberitaan yang ujung-ujungnya nanti dikira pencitraan.
Kata Ahok, “bawa media dikira pencitraan. Nggak ada pemberitaan dikira nggak kerja.” Tapi pada tahu nggak, Ahok bantu evakuasi dari pagi sampai malam? Cuma mau nanya sama yang suka nyinyir (menyindir) sama Jokowi-Ahok, kalian mau nggak kerja keras buat warga seperti itu? Cuma mau nanya aja, sih.
Jadi Ahok cerita, pas Kamis, dia sampai Balai Kota, kondisi sudah banjir. Listrik mati, jadi dia disuruh Jokowi balik ke utara, pantau banjir. Sampai Pluit, kondisi banjir sudah tinggi. Dia pun kerahkan segala upaya, evakuasi warga waduk Pluit yang sudah terkepung banjir. Dengan bantuan kapal Dishub dan kapal-kapal pengusaha, tembok komplek Pantai Mutiara, dijebol buat mengangkut sekitar 2000 warga.
Hanya sekitar dua jam, warga-warga tersebut diangkut ke tempat yang lebih aman. Lalu Ahok juga cari pasir dan batu buat tanggul Laturharhary. Dalam kerjanya, Jokowi dan Ahok, memang membagi tugas. Ahok fokus ke banjir di Jakarta Barat dan Jakarta Utara.
Sejak banjir melanda daerah Pluit dan Muara Baru, Ahok keliling memohon warga untuk mau dievakuasi, mumpung air belum terlalu tinggi. Tapi warga banyak yang menolak, takut hartanya dijarah. Itu bikin Ahok kesal. Makanya dia ajak Wakapolda keliling untuk meyakinkan warga, bahwa aman. Tapi dasar warga bandel. Dan juga manja. Jadi kalau ada yang ngetweet, belum dapat bantuan jangan langsung percaya. Mereka rata-rata menolak dievakuasi. Alasannya, takut harta bendanya dijarah. Jadi mereka maunya relawan bolak-balik distribusi makanan sehari 3 kali. Tugas relawan ‘kan buat evakuasi warga. Bukan petugas delivery makanan. Makanya ada tempat pengungsian, biar diatur dengan baik. Kalau setiap hari relawan harus antar makanan ke warga yang bertahan di rumahnya, 3 kali sehari, terus bagaimana proses evakuasi warga? Makanya masyarakat, harus bisa diajak kerjasamanya. Nggak cuma kalian yang butuh bantuan. Masih banyak warga lain yang butuh. Sementara, sarana terbatas. Be wise, lah.
Jadi dari Kamis sampai Minggu, Ahok konsentrasi di daerah utara dan barat. Bahkan, mengajak warga Pluit untuk mau dipindahkan ke rusun yang disiapkan. Rusunnya nggak main-main, loh. Sudah full-furnished, mulai dari perabot sampai sembako, baju, dll. Pokoknya tinggal bawa badan aja. Artinya, pemerintah nggak main-main, ingin mensejahterakan warganya. Tapi kadang niat ini, dikritik sinis, sama orang-orang yang nggak paham.
Ahok pernah cerita, sebenarnya, dia bukannya marah-marah kalau ngomong. Sebagai orang pesisir, memang begitu cara dia bicara. Cuma orang suka salah tafsir.
Ahok juga ramah, baik sama kuli tinta, atau dengan siapapun warga yang datang mengadu kepadanya. Buat dia, pelayanan masyarakat lebih penting. Ahok juga nggak kaku, kalau diajak foto-foto sama warga. Sama kayak Jokowi. Pokoknya orangnya menyenangkan dan pekerja keras.
Saya sering ikut pejabat, tapi saya kagum dengan Ahok dan Jokowi, yang punya komitmen besar untuk kesejahteraan masyarakat. Kata Ahok, kami kerja buat untung masyarakat, bukan untung pemerintahan. Yang penting masyarakat bisa hidup layak. Beda dengan pejabat lain, yang kadang menjaga jarak dengan kuli tinta kayak saya. Sejak mengikuti Ahok, nggak ada, tuh, jaim-jaiman.
Bahkan nggak jarang, kita diajak masuk ke ruangannya untuk lihat dia kerja. Pernah dia bongkar kulkasnya, dan ngobrol-ngobrol santai sama wartawan. Pokoknya membumi banget. Saya ngomong begini, bukan maksud apa-apa, tapi saya lihat bagaimana Ahok dan Jokowi, kerja keras benahi Ibukota.
Wartawan lantai 2, biasa kita sebut yang suka mengikuti Ahok, suka panggil Ahok “Daddy Bas” atau “Kokoh”.
Pembagian tugas Jokowi-Ahok, kalau Jokowi “blusukan”, Ahok lebih mengurus soal anggaran. Dan bagaimana caranya bisa melakukan penghematan. Dan nantinya, uang penghematan itu, bisa dialokasikan ke program-program yang lebih bermanfaat buat masyarakat. Seperti KJP, KJS, dll. Dan kalian tahu nggak, sih, kalau sampai sekarang RAPBD belum diketok palu? Artinya anggaran belum keluar. Pernah tanya nggak, bagaimana pajak online bisa jalan? Terus integrasi bus sedang bisa jalan, banjir kemarin, meski belum sempurna, tapi lumayan, lah… Ingat, loh, anggaran belum ada. Itulah hebatnya Jokowi-Ahok, yang bisa lakukan berbagai upaya, meski anggaran belum turun.
Saat ditanya, siapa yang harus disalahkan banjir di Jakarta. Dengan tegas dan besar hati, Ahok bilang, itu salah pemimpin Jakarta, yaitu Jokowi-Ahok. Kata Ahok, sejak hari pertama dilantik, bila ada kesalahan anak buah atau apapun, itu tanggung jawab pemimpin. Mana ada coba pemimpin yang mau mengakui kesalahannya, meski belum tentu itu kesalahan mereka. So gentleman.
Buat Daddy Bas dan Oom Jokowi, selamat 100 hari kepemimpinan. Setia dengan komitmen awal dan jangan terlena. Semangat!!!
Oh ya, tempo hari Ahok mengundang wartawan makan siang bersama. Dia meminta kritikan dan masukan dari kami tentang hasil kerja mereka. Ahok juga minta kita kasih informasi fakta di lapangan, yang mungkin luput dari perhatian mereka. Ahok sangat terbuka dengan segala kritik dan masukan. Bagi Ahok, menjadi Wagub bukan sekadar jabatan, tapi amanah menjadi pelayan masyarakat yang baik, agar masyarakat sejahtera dan hidup lebih layak.
Perjalanan Jokowi-Ahok masih panjang, masyarakat tetap harus kritis dan mengontrol kepemimpinan mereka. Agar tetap pada komiten awal.
Oh iya satu lagi, Ahok itu punya kakak muslim dan kyai, loh… Jadi yang suka pakai SARA buat menyerang Ahok, be wise, lah…
Banyak cerita tentang Ahok, tapi sudah ngantuk. Besok harus jagain Kokoh (Ahok) lagi. Nite…
Terima kasih untuk sharingnya, Kak Indah. Ditunggu cerita-cerita lainnya tentang pasangan Jokowi dan Ahok.
*Tweet dirangkum dari timeline @indahbeauty mulai pukul 9:03 PM – 22 Jan 13 sampai 12:05 AM – 23 Jan 13.*
**edited at 12:37PM January 24, 2013.**
Informasi tambahan berupa video dari channel PemprovDKI di Youtube:
1 Comments
nice post !!!!!
BalasHapus