- Back to Home »
- cacimaki , curhat , lebaran , sekitar kita »
- Lebaran, mudik, dan cultural shock
Posted by : ngatmow
8.15.2013
Minal aidzin wal faizin, mohon maaf lahir bathin atas segala khilaf baik yang sengaja maupun tidak sengaja.....
itulah inti empat ratus tujuh puluh enam sms yang masuk ke hape ku karena saat ini adalah saatnya Lebaran.... alias hari Raya idul fitri bagi warga muslim di seluruh dunia...
Jika ditinjau dari diskripsi umum, Lebaran merupakan nama lain dari hari raya umat islam, baik hari raya Idul Fitri maupun Hari raya Idul Adha yang dirayakan setiap tahun setelah sebelumnya mereka melaksanakan puasa di bulan suci Ramadhan atau bulan-bulan lainnya. Moment dimana biasanya digunakan untuk saling bersilaturahmi, saling berkunjung, saling bermaaf maafan, menyambung tali persaudaraan, dan banyak hal positif lainnya.
Ada dua hal yang sebenernya cukup menggelitik untuk kata Lebaran ini.
Biasanya Lebaran selalu disertai dengan kata Liburan. Ya, cek saja destinasi wisata di seluruh penjuru negeri. Yang namanya tempat wisata pasti full dan poll. Full pengunjung dan poll sumpeknya hehe.... Sudah menjadi semacam adat dan kebiasaan di negeri ini bahwa yang namanya Lebaran pasti libur panjang, nah inilah yang kemudian digunakan oleh banyak orang untuk berwisata sejenak melepas penat pekerjaan... Bisa dimaklumi lah...
Poll karena pada saat seperti ini kota akan susah sekali menemukan tempat parkir motor sekalipun apalagi mobil.... baik itu di pasar, pusat perbelanjaan, tempat wisata, masjid, bahkan rumah makan...kalopun ada tarifnya akan sangat mahal dan berlipat lipat dari harga normal.
itu baru tempat parkir. nah kalo segelas air putih kemasan yang ada di terminal atau stasiun atau tempat wisata ?? sama saja !!
Kembali ke kata Lebaran. Lebaran bisa juga menjadi satu kata bermakna ganda yaitu "Lebar"an dengan kata dasar Lebar alias selesai (Bahasa Jawa). Kenapa selesai?
Karena banyak hal yang kemudian menyebabkan sebagian orang bener bener selesai. Baik itu selesai keuangannya alias bangkrut, selesai otaknya alias gila, selesai mukanya alias hilang urat malunya, bahkan selesai hidupnya alias meninggal.....
Ya, semua itu biasanya terjadi pada saat satu aktifitas rutin lainnya yang menyertai Lebaran. Mudik Lebaran.... sebuah kegiatan "wajib" bagi sebagian muslim untuk merayakan Hari Raya Idul Fitri. Sebab dengan dalih silaturahmi mereka akan menghalalkan rutinitas mudik ini bahkan dengan jalan apapun.
Dari hasil pengamatan di lapangan (jyah...) ada beberapa hal yang selalu muncul berbarengan dengan fenomena lebaran dalam masyarakat di negeri ini. Fenomena yang tentu saja bersifat "negatif" alias kemudian berpotensi justru merusak keindahan moment lebaran itu sendiri....
Budaya konsumerisme dan boros,
Saat musim lebaran secara berbondong-bondong masyarakat kita berkunjung ke pusat perbelanjaan dengan dalih membeli oleh oleh untuk sanak saudara. hal ini tentu saja menyebabkan tingginya permintaan sehingga harga barang otomatis melambung tinggi.
meski begitu, budaya belanja yang berlebihan tersebut tidak menjadi suatu pertanyaan bagi masyarakat kita. Kenapa ? Karena hal ini sudah semacam menjadi "kebiasaan" umum masyarakat dan biasanya berujung pada pembelotan niat yang awalnya ibadah menjadi ingin pamer kemewahan terhadap orang-orang dikampung halaman.
Disisi lain, bagi sebagian pedagang, momentum ini terkadang menumbuhkan formulasi serakah efektif karena menjadikan kesempatan ini sebagai momen untuk meraup keuntungan sebanyak-banyaknya dengan menaikkan harga setinggi-tingginya, sehingga secara tidak langsung bisa jadi telah menzholimi hak orang lain khususnya fakir miskin.
Persaingan kekayaan dan sikap pamer kesuksesan,
Lebaran bisa mengundang kecemburuan sosial dan iri hati para keluarga dikampung. Pulangnya pemudik yang berlebaran dikampung dengan memamerkan kemewahan misalnya membawa mobil yang bagus, baju dan sepatu yang baru, alat-alat elektronik yang canggih, bisa menimbulkan guncangan budaya “cultural shock”, dimana orang-orang kampung atau desa kemudian meniru dan mengikuti gaya hidup si pemudik,
Biasanya hal semacam ini menjadikan si peniru tersebut kemudian menghalalkan segala cara misalnya dengan berhutang atau menjual harta benda seperti tanah hanya untuk membeli motor, mobil dan sebagainya sebagai asesoris kemewahan.
Satu hal yang kemudian menjadi "lucu" adalah ketika ada seorang peniru yang memaksakan apa yang ditirunya meskipun amat sangat tidak cocok dipakai di "negeri asalnya". Lihat saja sekarang banyak sekali ABG yang mengenakan pakaian warna warni tanpa menghiraukan "warna asli" mereka sendiri. Norak, norak dan norak kan ??
Biasanya hal semacam ini menjadikan si peniru tersebut kemudian menghalalkan segala cara misalnya dengan berhutang atau menjual harta benda seperti tanah hanya untuk membeli motor, mobil dan sebagainya sebagai asesoris kemewahan.
Satu hal yang kemudian menjadi "lucu" adalah ketika ada seorang peniru yang memaksakan apa yang ditirunya meskipun amat sangat tidak cocok dipakai di "negeri asalnya". Lihat saja sekarang banyak sekali ABG yang mengenakan pakaian warna warni tanpa menghiraukan "warna asli" mereka sendiri. Norak, norak dan norak kan ??
Urbanisasi,
Mudik lebaran juga bisa menyebabkan meningkatnya urbanisasi. Terbukti bahwa usai mudik lebaran, semakin banyak orang kampung yang meninggalkan kampung halamannya untuk mencari kehidupan di kota.
Meski sebenarnya peristiwa urbanisasi dan migrasi adalah sesuatu yang lumrah dalam kehidupan modern, dan merupakan hak asasi setiap orang yang dijamin dan dilindungi oleh hukum dan undang-undang untuk melakukan sesuai yang diinginkannya, namun apa yang terjadi di negeri ini bukanlah sesuatu yang "wajar" dan sangatlah tidak sehat karena meliputi pekerjaan-pekerjaan yang non-skill yang semestinya hal tersebut bisa ditampung dan diberdayakan di daerah.
Karena itu, sejak zaman Orde Baru dikatakan bahwa kota-kota besar seperti Jakarta, Surabaya, Medan dan Makasar adalah kampung besar yang perilaku penduduknya (sebagai warga kosmopolitan tidak berbeda jauh dengan keadaban dari kampung halaman dalam soal kebersihan, kedisiplinan berlalu lintas, dan berbagai life style lainnya).
Meski sebenarnya peristiwa urbanisasi dan migrasi adalah sesuatu yang lumrah dalam kehidupan modern, dan merupakan hak asasi setiap orang yang dijamin dan dilindungi oleh hukum dan undang-undang untuk melakukan sesuai yang diinginkannya, namun apa yang terjadi di negeri ini bukanlah sesuatu yang "wajar" dan sangatlah tidak sehat karena meliputi pekerjaan-pekerjaan yang non-skill yang semestinya hal tersebut bisa ditampung dan diberdayakan di daerah.
Karena itu, sejak zaman Orde Baru dikatakan bahwa kota-kota besar seperti Jakarta, Surabaya, Medan dan Makasar adalah kampung besar yang perilaku penduduknya (sebagai warga kosmopolitan tidak berbeda jauh dengan keadaban dari kampung halaman dalam soal kebersihan, kedisiplinan berlalu lintas, dan berbagai life style lainnya).
Macet dan Lakalantas dimana-mana,
Mudik selalu menyebabkan kemacetan nasional dan kesemerawutan massal sehingga berdampak pada banyaknya kematian yang disebabkan buruknya sarana transportasi dan manajemen perhubungan yang berakibat terjadinya kecelakaan.
Untuk hal yang satu ini, sudah tidak dapat dipungkiri bahwa dengan semakin meningkatnya jumlah kendaraan bermotor yang beroperasi di jalan raya maka semakin tinggi pula tingkat kemacetan yang akan terjadi apalagi bila ditambah dengan tidak adanya peningkatan jumlah dan fasilitas jalan raya yang dipergunakan.
Hampir setiap hari apabila musim lebaran seperti ini, tayangan berita di tv menyiarkan terjadinya kecelakaan kendaraan pemudik baik kecelakaan ringan maupun kecelakaan berat yang tidak jarang sampai merenggut korban jiwa.
Apakah kita semua sebagai pemudik tidak ngeri dengan hal semacam ini ?
Hampir setiap hari apabila musim lebaran seperti ini, tayangan berita di tv menyiarkan terjadinya kecelakaan kendaraan pemudik baik kecelakaan ringan maupun kecelakaan berat yang tidak jarang sampai merenggut korban jiwa.
Apakah kita semua sebagai pemudik tidak ngeri dengan hal semacam ini ?
Peningkatan jumlah pasien di puskesmas dan rumah sakit,
Dari sisi kesehatan biasanya bukan hanya suka cita yang didapat, tetapi juga menyisakan duka dan penyakit. Data menunjukkan bahwa banyak terjadi kematian pasca lebaran, hal ini disebabkan karena banyaknya mengkonsumsi makanan secara berlebihan tanpa kontrol yang baik selama lebaran.
Cek saja di puskesmas atau rumah sakit terdekat... pasti akan ditemukan pasien-pasien yang menderita sakit justru pada saat saat setelah lebaran. Sehingga penyakit ini seolah olah sudah menjadi "tradisi tersendiri" . Diare.
Cek saja di puskesmas atau rumah sakit terdekat... pasti akan ditemukan pasien-pasien yang menderita sakit justru pada saat saat setelah lebaran. Sehingga penyakit ini seolah olah sudah menjadi "tradisi tersendiri" . Diare.
Wohh....
yang jelas ada baiknya kita sebagai warga yang "sadar diri" untuk memanfaatkan momen ini untuk bener bener bersilaturahmi, saling memaafkan dan menata diri pribadi untuk menjadi lebih baik lagi di masa yang akan datang esok hari....
dan terakhir, kami dan segenap keluarga brock7.ltd mengucapkan
yang jelas ada baiknya kita sebagai warga yang "sadar diri" untuk memanfaatkan momen ini untuk bener bener bersilaturahmi, saling memaafkan dan menata diri pribadi untuk menjadi lebih baik lagi di masa yang akan datang esok hari....
dan terakhir, kami dan segenap keluarga brock7.ltd mengucapkan
Selamat Idul Fitri 1434 H
minal aidzin wal faizin
mohon maaf lahir dan bathin