- Back to Home »
- cacimaki , sekitar kita »
- Perbedaan Kampanye di Jepang dengan Indonesia
Sebentar lagi pemilihan umum di negeri kita sodara sodara. Banyak hal yang bisa kita perhatikan dan ambil pelajaran dari proses demokrasi yang "katanya" sudah berdasarkan asas LUBER ini.
Masih ingat asas ini ?
Asas Langsung Umum Bebas dan Rahasia yang dulu pernah diajarkan pada saya jauh sebelum reformasi, ketika saya masih berseragam putih dan merah.
Sebenernya kalau kita mau berkata jujur, mungkin saat ini hanya tinggal segelintir orang saja yang minimal "mau" mengingatnya dan mengamalkannya. paradigma masyarakat kita sudah jauh berubah dan bergeser terlalu jauh (maaf kalo salah - hanya opini saya saja). Dimana bukan lagi kepentingan jangka panjang untuk bersama yang diutamakan, namun kepentingan jangka pendek dan kepentingan segelintir orang saja yang dikedepankan.
Mungkin kita harus berkaca kepada negeri tetangga yang juga "saudara dari timur" kita, Jepang, dalam hal berdemokrasi dan berpolitik.
Sebagai contoh, mulai dari cara berkampanye para politikus di Jepang yang sangat jauh berbeda dibanding politikus di Indonesia. Entah kenapa, mungkin karena sadar sumber daya alam melimpah, kampanye di Indonesia jauh lebih glamour dibanding kampanye di Jepang. Jauh lebih royal, kampanye di Indonesia meliputi: Iklan di televisi hampir tiap jam, di surat kabar sebesar monster, radio, spanduk, poster hampir tiap perempatan jalan dengan merusak lingkungan (pohon-pohon), baliho sebesar lapangan futsal, rapat-rapat umum yang mengundang puluhan ribu orang (tentu ada imbalannya), dan sebagainya.
Sementara para politikus Jepang berkampanye dengan sangat sederhana. penyampaiannya cukup dengan menggunakan pengeras suara portable di pinggir2 jalan, atau perempatan jalan, tidak ada special place, apalagi dangdut-an yang penyanyinya adalah artis ibu kota dan berdandan super sexy pula hehehe....
Mereka berbicara panjang lebar, entah ada yang mendengarkan atau tidak, dan selalu melambaikan tangan kepada siapa saja yang lewat. Sepertinya hanya omong saja, tetapi LIHAT lah buktinya … semua tertata rapi & memberi kebaikan kepada rakyatnya. mulai dari pengelolaan sampah, tata ruang kota, pendidikan, kesehatan, kesejahteraan, dan lain-lain ….. terutama pembinaan mental warganyayang tentu saja harus kita akui amat sangat jauh berbeda dengan mental masyarakat kita kebanyakan.
Kalau dipikir-pikir, sebenernya cara kampanye seperti yang dilakukan para politikus di negeri ini sangatlah mubadzir. bagaimana tidak, kita lihat saja pada saat pelaksanaan kampanye atau apapun yang berhubungan dengan masyarakat banyak, yang muncul untuk "mendukung" atau lebih tepatnya "menonton" adalah anak-anak kecil di bawah umur yang tentu saja belum menjadi pemilih. mereka pada dasarnya lebih tertarik pada "tontonan" sebagai hiburan dari pada penyampaian visi misi sang politikus. Mubah kan....
Sama seperti di Indonesia, para calon anggota parlemen juga melakukan kampanye terbuka. Mereka berorasi, menyampaikan visi, misi dan program-programnya kepada masyarakat secara langsung. Hanya bedanya, para calon anggota parlemen ini tidak melakukan arak-arakan dan pengumpulan massa secara terkoordinasi. Biasanya, seorang calon hanya berorasi melalui TOA di mobil yang sedang berjalan. Sambil mobil jalan, dia akan berorasi sambil melambai-lambaikan tangan. Kalau dia capek, orasi akan digantikan oleh tape, tetapi dia bersama beberapa kawannya akan tetap melambai-lambaikan tangan dari mobil.
Dan satu hal yang sangat perlu dicatat, yang ikutan kampanye biasanya hanya satu mobil saja. Jadi, tidak ada mobil yang mendampingi calon anggota parlemen ini untuk melakukan kampanye.mereka tidak membawa ‘pasukan tim sukses’ yang banyak, cukup 3-5 orang saja, biasanya anggota keluarganya atau bahkan ada yang seorang diri.
Bagaimana dengan spanduk dan baliho? hampir tidak ada spanduk dan baliho di tempel atau di tempatkan dipinggir-pinggir jalan Jepang.alat
kampanye yang umum adalah poster dan brosur. sebagai alat kampanye,
poster para calon anggota parlemen ditempel di sudut-sudut jalan atau
dibangunan-bangunan tertentu. tapi, beda dengan yang ada di Indonesia,
penempelan poster yang mereka lakukan cukup rapi dan teratur. Poster
yang ditempel juga dengan jumlah terbatas, akhirnya tidak merusak
pemandangan. Brosur biasanya dibagikan saat ada seorang calon anggota
parlemen ber-orasi di jalan-jalan. Sebagian calon anggota parlemen
memasukkan brosur mereka ke kotak-kotak surat rumah.
Lha kalo di negara kita ? bah....
lihat saja kondisi jalan kita sekarang ini. berbagai macam gambar dan tulisan bertebaran dengan bebas dan tidak beraturan. Yang justru menimbulkan kesan kotor dan kumuh di sepanjang jalan. Itupun kalau gambar yang ditampilkan adalah gambar yang "bener", lha kalau gambarnya "mengundang" ??
Satu lagi fenomena pemilihan di negeri ini. semua sudah faham dan mahfum kalau untuk pemilihan kades saja para calon menyediakan paling sedikit menyediakan sekitar Rp.400Juta. Padahal kalau di banding dengan gajinya paling hanya mendapatkan sekitar Rp.105Juta per tahun.jadi dalam masa Jabatan 5 tahun Jumlah yang di Peroleh sekitar Rp.525Juta. nah itulah...... lagi lagi alasan kekuasaanlah yang menjadi tujuan utama dan tentu saja hal tersebut tak bisa di ukur dengan uang seberapapun nilainya.
Asal tahu saja sodara-sodara, di negara kita (dari berbagai sumber terpercaya) perkiraan untuk penyelenggaraan sebuah pesta demokrasi bisa menghabisakan 167 T ! hebat kan ??
Coba kita bayangkan apa yang bisa dilakukan dengan uang sebanyak itu?
- Bisa bangun 36 jembatan Suramadu. Rakyat akan sangat senang dengan banyaknya jembatan sebaik jembatan ini dan tidak akan ada lagi cerita jembatan ambruk, jalan berlubang, dan sebagainya.
- Bisa bangun 27 stadion sekelas stadion termegah di dunia yaitu Yokohama Stadium
- Bisa membangun 2000 Km jalan tol. Hmm jakarta - surabaya bisa nyambung dengan tol nih dengan uang ini.
- Bisa bangun 1,8 Juta rumah murah untuk rakyat miskin, nah yang ini enak nih bisa ngurangin gelandangan.
- Bisa bangun 1500 RSUD sekelas RSUD Bojonegoro yang megah
- Bisa Bangun 165.000 buah bangunan sekolah dasar permanen. Yang ini juga mantab dijamin gak ada gedung sekolah yg roboh lagi.
- AU kita bisa makin kuat dengan tambahan 20 armada Sukhoi Su 27. Dijamin tetangga sebelah hanya bisa melongo.
- Bisa beli 165 juta Ton beras...untuk dibagikan pada rakyat miskin di seluruh pojok negeri.
Hemm, susah kan ? apa ya yang membuat peraturan soal pemilu di negeri ini tidak mikir sampai ke situ ya ? apa mereka nggak memperhitungkan juga efek akhirnya ? apa mereka tidak menerapkan apa yang katanya mereka sudah pelajari pada saat melakukan studi banding ke Jepang untuk melihat sistem demokrasi di sana ?
Entahlah....
Harapan kita semua sih semoga kedepannya para politikus di Indonesia tidak gengsi untuk melirik cara kampanye di negara lain yang jauh lebih baik. Semoga kedepannya Indonesia bisa menjadi lebih baik lagi dalam cara berpolitiknya, selain tidak menghamburkan dana & ramah lingkungan, tentunya lebih bisa memberi contoh mental yang baik kepada masyarakat.
yang jelas jangan sampai kita sebagai warga negara yang sehat dan berakal menggunakan semboyan seperti ini :
Sumber : kaskus.co.id
Pada bae, nyong ya golput eman2 drijine kenang tinta
BalasHapushwahahaha.... mending ngurusi foto ponsel bae mbok ? oya bro mampir www.zizigallery.com ya .....
Hapus