- Back to Home »
- Thomas Fatah »
- Pasukan Jihad ?
Sore itu Thomas kelihatan rapi banget. Tidak seperti biasanya, wangi semerbak parfum khas cairan pelembut setrikaan pakaian yang menjadi andalannya hampir tiap hari, berganti dengan wangi parfum pria dengan merk ternama.
" Welah mau kemana ini mas ? tumben wangi ?" komentar salah seorang tetangga kosnya, Trimo, yang seorang makelar peralatan dapur spesialis dengan logat Jogjanya yang khas.
" Makan mas .... " jawab Thomas singkat.
Dan suasanapun hening.....
Segera Thomas bergerak perlahan menuju tempat makan favoritnya, warung Pak Tamyis di ujung gang sana.
Tidak butuh banyak waktu untuk sampai di tujuan, pemuda bertubuh bulat itu langsung dengan gayanya yang sok akrab dan sok iye duduk di kursi terdekat dengan meja pelayan. Maklum, disanalah Martini, anak gadis Pak Tamyis yang super manis itu, duduk manis sambil bermain handphone pintarnya.
Lha Thomas ?
dia termehek-mehek dengan sukses...dicueki, mana pesanan nggak cepet selesai..... klop
Tiba-tiba masuk beberapa orang pemuda dengan pakaian yang menyerupai jubah berwarna serba putih dan mengenakan ikat kepala menyerupai surban. Mirip pasukan tempur di film film arabian.
Wajah mereka tampak tegang. Di baju Salah seorang diantara mereka terlihat noda berwarna merah yang nampak masih baru. Namun yang bersangkutan tampak tidak terluka. Darah orang lainkah ?
" Pesan apa mas-mas ?" tanya Pak Tamyis berusaha ramah
" Nasi goreng saja pak pedes semua ya..." jawab salah satu dari mereka tanpa menoleh ke asal suara.
Dari sudut pandang Thomas, mereka adalah sekumpulan pejuang jihad yang baru saja pulang dari perang Afganistan dengan membawa uang cukup banyak. Terbukti dari salah seorang dari mereka yang kemudian membagikan amplop ke masing-masing personel yang ada di situ.
" Ini untuk hari ini bro....besok seminggu lagi kita diajak sweeping lagi sama mereka. Lumayan kan.... "
" Ternyata lumayan juga ya, kita cuman modal gertak doang dapet amplop segini " sahut yang lain.
" Yah namanya juga ormas bro, organisasi massa, ya intinya ya semakin banyak massa semakin bagus. Nggak peduli massa dari mana, orangnya kaya apa, yang penting banyak...... "
" Padahal mereka mengatas namakan agama yah.... "
" Hus, jangan disebut. Kita itu nggak usah ikut mikirin kaya gitu. Yang penting, kita dipanggil mereka ya siap berangkat...iya kan ?"
" Betul itu...... jaman sekarang ini mana ada orang yang semata mata hanya berjuang untuk agama bah, pasti ada motif lain dibelang itu. Duit... " sahut salah seorang dari mereka dengan logat khas Medan yang cukup kental.
" Sudah sudah nggak usah dibahas..... yang jelas kita sudah terima bayaran, habis ini kita pulang trus tidur. Sudah capek badanku, lagipula tanganku agak melepuh nih habis ngejitak kepala pak tua itu....."
" Ah itu kan karena ulah kau sendiri don, kenapa kau mukul pak tua itu membabi buta. kasian juga sebenarnya "
" Kasian sih kasian, tapi kenapa kau juga ikut mukul fred ? "
" kan aku setia kawan sama kau, aku khawatir kalau bapak tua itu balas pukul jadi aku menemani kau disitu" jawab si Medan dengan muka serius tapi malah justru terlihat bodoh....
" Ah alesan..... "
" Hahahha......" Derai tawa pun pecah menghapus kesan seram dan tegang di wajah mereka berlima.
" Eh jack, kau ganti baju dulu itu, kalau keliatan orang nanti bagaimana. Merah semua baju kau itu " kata si Medan seraya menunjuk noda merah di baju temannya yang duduk di pojok.
" Sebentar bro, aku lagi sms anak-anak, katanya mereka sudah kumpul di markas. habis ini pada mau narik keamanan di Taman Pas. jam segini lagi rame-ramenya nih disana...." jawabnya sambil mengutak atik handphone.
Sejenak kemudian pemuda berkulit putih itu berdiri. Tanpa terlihat canggung dia membuka jubah dan surbannya,kemudian menggantinya dengan t-shirt berwarna hitam dan jaket kulit warna hitam yang sudah mulai belel. Sekilas Thomas sempat melihat tato yang menghiasi dada dan punggung orang itu. Sangar.
" Pesanan sudah siap..... ini silahkan pesanannya....." Kata Pak Tamyis tiba-tiba sambil membawa pesanan orang-orang itu. " Maaf mau pesan minum apa ya ?"
" Es bir....... " jawab si Medan cepat
" Maaf mas, tidak ada es bir. Adanya teh, kopi, susu, jus buah, minuman soda..... "
" yang soda saja bang. tak pakai lama ...."
" segera......."
Thomas yang sedari tadi memasang telinga dan sesekali mencuri pandang untuk memperhatikan wajah kelima orang itu jadi semakin penasaran. Dia merasa aneh bahwa ada beberapa orang yang mengenakan jubah khas ormas yang katanya Front Pembela Agama Tertentu (FPAT) itu justru melakukan beberapa hal yang menurutnya sangat tidak pas dan tidak pantas. Namun hal yang lebih membuatnya penasaran adalah mengapa pesanannya belum juga jadi sementara pesanan orang lain sudah siap....
Dia kemudian berdiri dan beranjak mendekati Pak Tamyis yang sedang membersihkan penggorengan dengan air panas. Pandangan matanya kosong, sekosong isi perutnya yang bulat.
" Pak, pesenanku mana ? " Tanyanya memelas
" Lho apa kamu dah pesan, seingatku belum kok......" jawab pria setengah baya berkumis tipis itu cepat.
" Hah........ " dan Thomas pun pingsan........
*******
Mata Thomas terbuka saat sebuah tangan lembut mengusap pipinya, ada perasaan hangat, nyaman, tenteram dan damai menjalar ke sekujur tubuhnya. Seketika dia teringat bahwa beberapa saat yang lalu dia berada di warung Pak Tamyis. Dan kemudian dalam otaknya hanya muncul satu kata..... Martini.
Perlahan tapi pasti pemuda itu membuka matanya sembari menggerakkan tangan kanannya untuk memegang tangan lembut yang kini ada di dahinya.
" Astaghfirulloh ..... lepasin heh......ngapain kamu " bentaknya cepat sambil bergegas bangun
Apa yang didapatnya sungguh diluar dugaan. Tangan halus itu ternyata tangan Sophan. Adik angkatannya di kampus dulu yang memang tinggal tidak jauh dari komplek perumahan tempat Thomas tinggal. Asal tahu saja, Sophan adalah seorang mahasiswa "gemulai" dengan berat badan extra, berkulit putih bersih, bermata sipit, berambut lurus menjulang ke atas mirip landak dan lemah lebay tentu saja.....
" Lha mas Tom juga ngapain pingsan disini ? " balas Sophan balik bertanya
" Ya tapi bukan kamu dong yang bangunin aku..... aduh aku sudah kamu apain nih....." sahut Thomas cepat mengibaskan tangan ke pipi dan dahinya pertanda jijik.
" Aih mas Tom kok jahat gitu sama aku, aku kan jadi sedih ....."
" Tau ah gelap........ " jawab Thomas sambil berlari pergi.
Di ujung warung tampak Martini cekikikan sambil mengacungkan kedua jempolnya ke arah Sophan.
*******
Siaran film di sebuah saluran tv swasta itu tiba-tiba dipotong oleh berita sekilas. Thomas yang masih menahan lapar dan kesal hampir saja melempar remote yang ada di tangan kanannya. Tapi hal itu ia urungkan setelah melihat isi berita.
Dalam berita itu nampak beberapa orang berpakaian putih putih, bersurban, ada yang memakai topeng juga sedang mengacungkan kedua tangannya sambil meneriakkan nama Tuhan. Di kejauhan terlihat beberapa orang dari mereka sedang melakukan aksi anarki dengan menghancurkan kaca gedung, melempar kursi meja dan apapun yang ada di hadapan mereka untuk kemudian samar-samar terlihat menyeret seseorang keluar rumah dan mereka pukuli ramai-ramai.
Thomas terhenyak. Apa yang diberitakan sungguh kejam. Hanya karena beberapa orang sedang melakukan ibadah di rumah (yang tentu saja berbeda dengan ibadah yang mereka lakukan), ada sekelompok orang yang bergerak untuk main hakim sendiri. Apakah itu benar secara agama ? Tentu saja tidak. Bahkan semua agama di dunia adalah selalu mengajarkan tentang perdamaian bukan permusuhan.
Dan alangkah terkejutnya dia ketika melihat beberapa orang yang terlihat memukuli seorang lelaki renta tanpa ampun dan membabi buta, sangat jelas terlihat bahwa mereka tak lain dan tak bukan adalah pemuda pemuda yang dilihatnya di warung Pak Tamyis..... dan sesuai dugaanya, mereka bergabung dengan puluhan orang lainnya yang "berseragam" sama dengan tulisan FPAT di punggung dengan huruf besar dan tebal, ber"jihad" untuk menegakkan agama.
" Masyaalloh......astaghfirulloh......" gumam Thomas.
Pikirannya berkecamuk, apa yang akan terjadi pada negeri ini manakala agama dijadikan pembenaran atas segala hal. Justru karena orang orang seperti merekalah yang menjadikan nama agama menjadi rusak, menjadi dibenci dan bahkan dimusuhi. Padahal para kyai sudah berpesan berpuluh kali bahwa agama sangat menjunjung tinggi perdamaian, persahabatan dan juga peri kemanusiaan.......
Dan beberapa detik kemudian Thomas pun tumbang....... tinggal televisi flat 32 inch yang menontonnya tidur terlentang tanpa sopan.......