- Back to Home »
- coretan ringan , inspiratif , jalan-jalan »
- Santrendelik, pesantren pop kontemporer yang anak muda banget
Posted by : ngatmow
6.15.2015
Pesantren. Adalah sebuah kata yang cukup serem bagi saya dalam beberapa tahun terakhir. Kenapa ? sebab saya pernah mengalami kisah yang cukup tragis soal ini beberapa tahun yang lalu waktu masih sekolah di sebuah perguruan tinggi negeri di Semarang. Sepele sih, tapi itu kemudian menjadi salah satu "catatan buruk" yang insyaalloh takkan terlupakan di sela sela otak dan relung hati .....halah
Sedikit cerita aja, dulu saya sempat ditolak masuk ke sebuah ruangan tempat dilaksanakannya pesantren mahasiswa hanya gara gara beberapa hari sebelumnya ribut dengan salah seorang anggotanya waktu itu, seorang bocah berpakaian ala santri lengkap dengan jenggot kambingnya dan titik hitam di jidat yang lebarnya kaya habis kena bola golf yang dilempar pake alat pelontar bola tenis.........gara-garanya ? cuman masalah kaos bertuliskan tahanan Polsek dan celana jeans bolong bolong......... ah sudahlah........
Tapi trauma itu mendadak hilang setelah saya memenuhi undangan nongkrong seorang sahabat, Andri.
Nongkrong ?
Nongkrong ?
Yes sodara-sodara. Nongkrong, ngopi, ngebul dan ngobrol sana sini penuh canda, ngobrol asik, konser akustik dari grup musik biasa saja, tapi kemudian ada tausiah dari seorang ustadz......tausiah nan ringan namun menusuk hati nurani oleh Ustadz Riyadh Ahmad Al Hafidz yang pada waktu itu pakai setelan kemeja putih, jeans putih, sepatu kets putih dan tanpa embel embel ke kiaian seperti surban, jubah dan sebagainya yang bikin serem saya (apalagi setan) yang melihatnya ...... Cocok banget sama kepinginan hati yang kadang pengen ngaji tapi sudah terlanjur dipandang miring sama jamaah lain selama ini hahahaha........
Ust. Riyadh Ahmad Al Hafidz memberikan tausiah Foto oleh Andy Kusworo |
Foto by Nokia N8 |
Suasana pengajian dari panggungFoto oleh Andy Kusworo |
Singkat cerita, setelah mereka bertemu dengan seorang ustadz muda berkharisma, Ust. Riyadh Ahmad Al Hafidz, muncullah ide membentuk sebuah kajian agama sambil nongkrong di cafe yang lambat laun berubah menjadi pesantren Santrendelik, Kampung Tobat itu.
" Idenya adalah Kami memadukan antara diskusi, seni dan budaya sebagai unsur pendukung dakwah sesuai dengan trend kekinian.... dan insyaallah dalam 15 tahun, dengan perencanaan matang Santrendelik akan menjadi jaringan pesantren kontemporer terbesar di Indonesia. " Kata Pemuda asli Banjarnegara yang bernama lengkap Ikhwan Saifullah itu.
Dengan berjalannya waktu, Kampung Tobat yang bergenre pop kontemporer, berkonsep "anak muda banget" dan "anti diskriminasi" ini kemudian bisa berkembang dengan baik. Bahkan sampai mempunyai bidang usaha mandiri yang dinamakan Bank Kambing Santrendelik (BKS) (diresmikan oleh Dahlan Iskan tanggal 2 November 2014) dan sedang membangun sebuah masjid yang akan dinamakan Masjid 1000 pintu tobat dan rencananya bisa menampung 400 tobaters (sebutan untuk santri di pesantren ini).
Sebagai informasi, tobaters mempunyai beberapa kegiatan rutin di pesantren yang letaknya cukup tersebunyi di sudut kota Semarang namun bisa ditempuh selama 10 menit dari Simpang Lima ini. Diantaranya adalah kajian rutin setiap minggu , kitab hikam, fi bayti rosul, Pengajian Ngapak (ini terjadi karena banyak santrinya berasal dari daerah Banyumas dan sekitarnya yang notabene berbahasa ngapak), pesugihan syariah Santrendelikpreneurship, Klub Malam Santrendelik (yang merupakan kegiatan tahajud bersama setiap malam) dan yang terakhir adalah Bank Kambing Santrendelik (BKS) .
Selidik punya selidik, ternyata Ide bank kambing berasal dari Dahlan Iskan yang ingin memasyarakatkan bank ternak. Konsep itu diaplikasikan pada kambing karena harganya stabil dan tidak kenal inflasi serta merupakan hewan gembalaan semua Nabi.
“Sistem bank kambing sudah kami buat sesederhana mungkin sehingga bisa diduplikasi di semua tempat. Maka Santrendelik bisa jadi pesantren franchise yang bisa dibuka di mana saja,” kata Ustad Riyadh.
Dahlan Iskan memberi penghargaan tinggi pada berdirinya Santrendelik yang disebutnya pesantren go public karena sahamnya milik masyarakat. Untuk memperbesar penghasilan pesantren, ia mengusulkan agar di bawah Jati ditanami Porang. Bahan baku tepung ini bernilai ekonomi sangat tinggi.
“Kalau tanaman lain paling banter menghasilkan dua juta rupiah pertahun, tapi Porang bisa lima puluh juta rupiah setahun,” katanya waktu berkunjung ke Santrendelik beberapa waktu yang lalu.
Dan pada akhirnya, enggan rasanya bagi saya untuk meninggalkan lokasi pesantren ini. Walaupun sebentar dan baru pertama kali datang, banyak hal yang seolah baru saya temukan setelah sekian lama saya cari, sebuah pesantren yang meluruskan orang-orang seperti kami, kaum terpinggirkan oleh mereka yang mengaku ahli agama..............
Good job, good idea, good action and congratulation........ Santrendelik, Kampung Tobat
Penasaran ?
Silahkan cek aja www.santrendelik.org atau via Facebook, Twitter, Instagram , You Tube dan Google +
Spesial thanks to Fotografer, Andy Kusworo, for some great picture to create this article
Sebagai informasi, tobaters mempunyai beberapa kegiatan rutin di pesantren yang letaknya cukup tersebunyi di sudut kota Semarang namun bisa ditempuh selama 10 menit dari Simpang Lima ini. Diantaranya adalah kajian rutin setiap minggu , kitab hikam, fi bayti rosul, Pengajian Ngapak (ini terjadi karena banyak santrinya berasal dari daerah Banyumas dan sekitarnya yang notabene berbahasa ngapak), pesugihan syariah Santrendelikpreneurship, Klub Malam Santrendelik (yang merupakan kegiatan tahajud bersama setiap malam) dan yang terakhir adalah Bank Kambing Santrendelik (BKS) .
Selidik punya selidik, ternyata Ide bank kambing berasal dari Dahlan Iskan yang ingin memasyarakatkan bank ternak. Konsep itu diaplikasikan pada kambing karena harganya stabil dan tidak kenal inflasi serta merupakan hewan gembalaan semua Nabi.
“Sistem bank kambing sudah kami buat sesederhana mungkin sehingga bisa diduplikasi di semua tempat. Maka Santrendelik bisa jadi pesantren franchise yang bisa dibuka di mana saja,” kata Ustad Riyadh.
Ust. Riyadh Ahmad Al Hafidz Foto oleh Andy Kusworo |
“Kalau tanaman lain paling banter menghasilkan dua juta rupiah pertahun, tapi Porang bisa lima puluh juta rupiah setahun,” katanya waktu berkunjung ke Santrendelik beberapa waktu yang lalu.
Suasana dari belakang santri
Foto oleh Andy Kusworo
|
Good job, good idea, good action and congratulation........ Santrendelik, Kampung Tobat
Ki - Ka : Andre, Nanang, Ust. Riyadh, saya, Kang Nur, Kang Ihwan |
Penasaran ?
Silahkan cek aja www.santrendelik.org atau via Facebook, Twitter, Instagram , You Tube dan Google +
Spesial thanks to Fotografer, Andy Kusworo, for some great picture to create this article