- Back to Home »
- banjarnegara , coretan ringan , Culture Festival , explore Banjarnegara , jalan-jalan , pojok foto »
- Festival Rawa Pusung Jilid II : Banyak perbaikan sih, tapi ........
Posted by : ngatmow
9.24.2019
Festival Rawapusung kembali digelar gaess....
Event tahunan yang baru dua kali diselenggarakan secara besar di Desa Beji Kecamatan Pejawaran kali ini berlangsung selama tiga hari hari, yaitu hari Jumat sampai Minggu 20-22 September 2019 kemarin dan berhasil memukau ribuan pengunjung di sana lho. Suwer.......
Beda dengan tahun kemaren yang acaranya padat banget pada hari sabtu dan minggunya, tahun ini rangkaian acara agak sedikit diperlonggar gaes.....
Prosesi baritan dan wayang ruwat plus pagelaran wayang kulit semalam suntuk digelar pada hari jumat. Hari sabtu dikhususkan untuk pementasan kesenian warga plus kuda lumping dan kesenian Jepin sedangkan hari Minggunya hanya untuk fokus pada puncak acara yaitu pemotongan rambut gimbal si anak bajang. Sekedar informasi, kalau tahun sebelumnya ada tiga anak bajang yang dipotong rambutnya, kali ini hanya ada dua bocah yang ikut yaitu Nadia Ulfa (5 th) dari Desa Babadan Kecamatan Pagentan dan Syifa Muasafah (9 th) dari Dusun Genting, Desa Beji.
Masih seperti tahun sebelumnya, rangkaian prosesi puncak yaitu cukuran rambut gembel diawali dengan cara proses pengambilan air di Rawapusung dimana air tersebut akan digunakan untuk upacara jamasan si anak bajang. Pengambilan air ini dilakukan oleh sesepuh desa dengan diiringi warga yang berpakaian adat Jawa lengkap dengan menggunakan kendi dan batang batang bambu.
Setelah upacara jamasan, sekitar pukul 11.00 WIB, prosesi pemotongan rambut gembel pun dimulai. Syifa dan Nadia diarak menggunakan tandu mengelilingi desa dengan diikuti oleh segenap warga masyarakat dan pengunjung yang hadir untuk menuju Embung Rawapusung, tempat pelaksanaan pemotongan rambut.
Nah, pas proses arak arakan ini ada beberapa hal yang kayaknya perlu jadi bahan evaluasi gaes.
saking antusiasmenya warga, mereka menggerombol di kanan kiri jalan desa plus ikut dalam rombongan. tapi ..... mereka ga pakai kostum adat gaes........
jadi hasil jepretan foto untuk acara ini bisa dipastikan ambyar......... kan fak banget...............
hehehe.............
Selanjutnya, pada saat sudah ada di lokasi pemotongan, ga ada koordinasi antara pembawa acara sama korlap yang ada di sana. hasilnya, sambutan yang awalnya hanya ada dua yaitu kades dan bupati dalam pelaksanaannya jadi empat, ketua panitia dilanjut kades, camat dan bupati.....
DAMN !!
Bosen gaes.......
Panas juga .... polll........
Emang sih dalam sambutannya, Bupati Banjarnegara Budhi Sarwono, menyampaikan beberapa hal yang bikin adem dan girang warga setempat, salah satunya adalah mengucapkan rasa bangganya bahwa desa Beji mampu menyelenggarakan event yang cukup besar seperti itu. Bupati bahkan berharap agar bisa menjadi inspirasi bagi desa desa lainnya dan bahkan di seluruh wilayah Kabupaten Banjarnegara.
"Yang jelas saya salut, event ini sangat bagus dan kreatif," kata Bupati.
Selain itu yang paling ditunggu warga adalah statement Bupati untuk membangun infrastruktur menuju ke desa yang notabene terpencil ini pada anggaran pemerintah tahun depan dan tentu saja hal ini disambut tepuk tangan dan sorak sorai pengunjung yang hadir.
"Tahun 2020 nanti dari Beji sampai Kecamatan Pagentan via Tegaljeruk akan dialokasikan anggaran sebesar Rp 8,5 miliar,"
Wow ya ??
hemm............
Hihihihi..........
Nah hal yang paling krodit (dan paling mengecewakan saya pribadi) dari pelaksanaan Festival Rawapusung tahun ini adalah pada prosesi intinya. Pas prosesi ini panitia (dalam hal ini entah siapa yang ikut ngatur di deket MC) mempersilahkan seluruh anggota rombongan pejabat untuk ikut ke tengah embung (lokasi pemotongan)...... padahal kecuali bupati, yang lain kan ga berkepentingan.......
umpel umpelan alias penuh sesak gaes.
DAN FOTONYA AMBYAR tentu saja........
Sedikit curhat sih, sebenarnya kalau mau sebuah acara terpublikasi dengan sukses berkompromilah dengan para fotografer yang ada dilokasi ........ tapi hal itu kayaknya emang nggak (atau bahkan sama sekali TIDAK) dipahami oleh panitia kegiatan budaya semacam ini yang rata rata adalah kaum kesepuhan ..... orang tua....... hahahaha
Pada umumnya mereka akan mementingkan bagaimana caranya "menyenangkan" dan "menghormati" tamu penting (apalagi pejabat) yang hadir tanpa memperhatikan sisi lain yang sebenarnya jauh lebih penting........
Sebagai contoh, di festival kemarin beberapa orang pejabat dengan pakaian non adat plus topi dipersilahkan untuk menemani pak camat (yang menggunakan baju adat lengkap dengan blangkon) memotong rambut salah satu anak bajang....... lha ini kan 100% bikin keki para fotografer yang berjejer di lokasi.........
Hasil fotonya ?
aSudahlah........
By the way, diluar hal hal tadi pada peyelenggaraan kali ini banyak perubahan positif kok. banyak perbaikan perbaikan di segala sisi. Mulai dari penataan lokasi, inovasi acara sampai dengan acara "klangenan" para fotografer, Jepin.......
Beda dengan tahun kemarin, pementasan jepin kali ini lebih asik dan fun. Para pemain yang mengalami trans alias kesurupan pun bermain api lebih asik..... dan yang pasti hasil foto teman teman fotografer jadi memuaskan........
Menarik bukan ?
Semoga tahun depan festival ini masih ada dan digelar dengan semakin baik ya gaes...... biar kesenian dan kebudayaan di desa ini tetap lestari, nggak pernah mati ........